sulutgreen'

Manguni bukan Burung Hantu!



Celepuk Sulawesi/ Manguni (Otus manadensis). Foto: Stenly Pontolawokang

Burung ini disebut celepuk Sulawesi (Otus manadensis). Satu-satunya celepuk yang bertelinga di Sulawesi. Ukuran tubuhnya sekitar 21 cm. Sebagian besar didominasi warna coklat, dengan sedikit garis-garis hitam. Seperti jenis lainnya, celepuk Sulawesi, aktif di malam hari.

Status konservasi burung ini, menurut catatan IUCN, adalah Least Concern (Resiko Rendah). Pemberian status tersebut dikarenakan celepuk Sulawesi memiliki rentang yang sangat besar, kecenderungan populasi yang stabil dan diyakini tidak mendekati ambang batas untuk kategori rentan.

Beberapa orang sampai sekarang masih menyebutnya burung hantu. Sebuah sebutan yang membuat anak-anak takut, menghubung-hubungkannya dengan mistis, lalu melupakan pernanan ekologis celepuk Sulawesi.

Penyebutan burung hantu tentu saja beranjak dari konstruksi sosial-budaya suatu kelompok masyarakat. Mereka, dengan alasan tertentu, mengkategorikan burung ini sebagai pertanda mistis --- yang sering dihubungkan dengan kehadiran roh jahat.

Tapi, 'burung hantu' tidak dikenal oleh leluhur Minahasa. Celepuk Sulawesi, yang dalam sebutan lokal dikenal dengan nama manguni, merupakan simbol pertemanan, kebijaksanaan juga pertanda alam.

Dalam beberapa catatan dituliskan, lewat suara manguni, para leluhur Minahasa bisa memprediksi sesuatu yang baik ataupun buruk akan terjadi --- biasanya berhubungan dengan gejala alam.

Karena itu, manguni atau celepuk Sulawesi, dipilih sebagai lambang organisasi masyarakat, organisasi pemerintahan (kebudayaan), organisasi keagamaan, bahkan nama obat nyamuk.

Jadi, mulai sekarang, sebaiknya berhenti menyebutnya 'burung hantu'.

Manguni adalah teman!
Share on Google Plus

Note Unknown

Sebagai masyarakat yang hadir dalam dunia digital, kami tidak bisa menghindari kutip-mengutip (untuk tidak menyebut copy-paste) dari dan untuk "SulutGreen.com". Kami percaya ilmu pengetahuan harus dibagikan secara gratis. Tetapi kami akan tetap menghormati karya-karya yang sudah dikutip, dengan mencantumkan nama dan sumber karya tersebut.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment