sulutgreen'

Kampanye Selamatkan Yaki di TIFF 2015

Kampanye Selamatkan Yaki di TIFF 2015
Stan informasi Selamatkan Yaki di lokasi pameran Tomohon International Flower Festival 2015. Foto: Selamatkan Yaki
Yaki bukanlah nama yang asing bagi sebagian besar masyarakat Sulawesi Utara. Salah satu dari banyak jenis monyet ini merupakan satwa endemik yang tersebar dan mendiami jazirah utara pulau Sulawesi. Yaki yang dalam bahasa ilmiahnya (latin) disebut Monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) masuk dalam daftar hewan terancam punah. Bahkan oleh IUCN Redlist digolongkan dalam status konservasi Critically Endangered (Krisis).

Ada banyak cara yang dilakukan oleh aktifis lingkungan untuk menyelamatkan kelestarian monyet hitam berjambul ini. Salah satu caranya dalam bentuk sosialisasi seperti yang gencar dilakukan oleh Yayasan Selamatkan Yaki. Dalam salah satu rilis pers yang disebar melalui email oleh Selamatkan Yaki, lembaga yang fokus menyelamatkan Yaki ini turut memeriahkan ajang internasional yang baru-baru ini digelar di kota bunga Tomohon.

Berikut adalah rilis pers yang diterima oleh SulutGreen.com:

Ajang pameran Tomohon International Flower Festival 2015 kali ini ikut juga dimeriahkan oleh Program Selamatkan Yaki. Berkat kerjasama dengan Kementrian Kehutanan khususnya Dinas kehutanan Tomohon lewat kepala dinas Ir. F Kaligis, team Selamatkan Yaki bisa berpartisipasi lewat stand informasi dalam pameran tersebut. Dukungan dari dinas kehutanan kota Tomohon ini adalah dalam bentuk sosialisasi bagi masyarakat tentang Kampanye Kebanggaan Yaki di Kota Tomohon.

Selama pameran berlangsung 8-12 Agustus 2015, stand informasi Selamatkan Yaki ramai dikunjungi oleh warga Tomohon, terutama anak-anak muda dan keluarga, serta pejabat pemerintah Kota Tomohon. Stand informasi ini didirikan untuk membagikan informasi kepada seluruh masyarakat Tomohon dan seluruh pengunjung TIFF 2015 tentang Macaca nigra atau Yaki dan peran penting Yaki dalam kehidupan masyarakat, serta status Yaki sebagai satwa yang dilindungi.

Ir. Harold Lolowang, Assisten 3 Walikota Tomohon ketika bertandang ke stand informasi Selamatkan Yaki merasa senang dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Selamatkan Yaki dimana dia tahu persis bahwa di Tomohon Utara masih ada Yaki yang hidup liar. Menurut dia, perlindungan Yaki harus terus dilaksanakan karena Yaki sudah hampir punah. Terbukti dari sudah jarang terlihat kelompok Yaki di hutan hutan Tomohon dan kedepan Pemkot Tomohon akan lebih memperhatikan kelangsungan hidup satwa endemik Sulut ini tandasnya.

Sedikit pemandangan lain juga di stand informasi Selamatkan Yaki dimana ada makhluk kecil dengan postur tubuh yang mirip sekali dengan Yaki. Replika Yaki yang dibuat oleh seorang seniman asal Swiss, Hellen Bersacola dipajang bersama dengan material kampanye lainnya. Perhatian orang luar negeri sangat tinggi terhadap monyet hitam khas Sulawesi Utara ini sehingga mereka mau menyumbangkan karya mereka sebagai bentuk dukungan atas pelestarian satwa dengan ciri khusus pantat merahnya. Sudah sepantasnya kita orang Minahasa harus lebih perhatian dari kata Ance Tatinggulu Assisten Tangkoko Officer kepada pengunjung ketika menginformasikan tentang Yaki.

Anak-anak pengunjung stand selamatkan Yaki sangat senang dengan adanya “Cherry” sapaan akrab untuk replika ini oleh team Selamatkan Yaki, karena dengan bahan bekas dari plastik, bisa menghasilkan karya yang bisa mendukung kampaye Kebanggaan Yaki di Sulut. Mudah mudahan bisa jadi inspirasi bagi seniman Sulut untuk memanfaatkan barang bekas dalam menciptakan karya seni. 

Pameran Tomohon International Flower Festival ditutup dengan pemutaran Film “Yaki Sang Penjaga Hutan” garapan BBC London kerja sama  beberapa LSM di Sulawesi Utara. Antusias masyarakat terutama keluarga yang membawa anak anak mereka sangat tinggi. Terbukti dengan beberapa kali film ini diputar kembali jumlah pengunjung yang menonton tetap banyak. “Edukasi yang dibagikan lewat film ini sangat bermanfaat bagi pengunjung” kata salah seorang pengunjung yang juga membawa anaknya menonton. 

TIFF 2015 telah berakhir, tapi informasi tentang pelestarian Yaki tidak akan berakhir disampaikan. Kerja sama dengan Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup akan terus berlanjut untuk masa depan Yaki dan tentunya untuk generasi mendatang juga.

“together we will save the Yaki“
“torang jaga Yaki karna torang peduli!”

Kampanye Selamatkan Yaki di TIFF 2015
“Cherry” replika Yaki dari bahan plastik daur ulang karya seniman asal Swiss, Hellen Bersacola, cukup menarik perhatian pengunjung. Foto: Selamatkan Yaki


Share on Google Plus

Note Unknown

Sebagai masyarakat yang hadir dalam dunia digital, kami tidak bisa menghindari kutip-mengutip (untuk tidak menyebut copy-paste) dari dan untuk "SulutGreen.com". Kami percaya ilmu pengetahuan harus dibagikan secara gratis. Tetapi kami akan tetap menghormati karya-karya yang sudah dikutip, dengan mencantumkan nama dan sumber karya tersebut.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment