Keberadaan Hutan Mangrove memberi banyak keuntungan bagi alam dan manusia. Foto: Aditya Nugraha |
Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan mangrove terbesar di dunia. Pada tahun 2005, Food and Agriculture Organization (FAO) memperkirakan, luas mangrove di Indonesia sekitar 3.062.300 ha atau 19% dari luas hutan mangrove di dunia.
Namun, saat ini, berada pada kondisi yang memprihatinkan. Luasannya dari tahun ke tahun berkurang dengan laju 52.000 ha per tahun. 20 tahun lalu, misalnya, luasan hutan mangrove Indonesia diperkirakan mencapai 5 Juta hektar [i].
Tingginya intervensi manusia sangat berpengaruh pada menurunnya kondisi ekosistem, terjadinya perubahan-perubahan pola distribusi, serta mengancam penurunan beberapa jenis mangrove.
Di lihat dari aspek luasan maupun komposisi spesies, intervensi yang mengganggu distribusi mangrove, contohnya, pembukaan lahan untuk tambak, penebangan secara massal, dan pembukaan lahan untuk pelabuhan [ii].
Artikel ini akan menjabarkan manfaat mangrove bagi hidup manusia. Di saat bersamaan, pembaca sekalian diharapkan dapat memahami kemungkinan-kemungkinan terburuk, baik dari sisi ekologis maupun ekonomis, jika populasi tumbuhan ini terus menurun dari tahun ke tahun.
Sudah pasti, penulis tidak dapat merangkum semua manfaat mangrove baik dari sisi ekologis maupun ekonomis. Ada beberapa sebabnya. Pertama, artikel ini ditulis tengah malam buta, dengan tak ada lagi persediaan kopi yang tersisa. Sungguh tersiksa, membaca berbagai referensi dalam keadaan seperti ini, bung.
Kedua, anda, sebagai masyarakat kota yang dipenuhi berbagai kesibukan, barangkali tidak akan nyaman membaca tulisan yang terlampau panjang dan bertele-tele. Sehingga, penulis merasa perlu menakar kadar kata dan kalimat, baik untuk diri sendiri maupun untuk pembaca sekalian.
Hutan mangrove, benteng alami pelindung ekosistem pesisir. Foto: Yuris Triawan |
Lalu, apa saja manfaat mangrove bagi manusia?
1. Produktifitas Perikanan
Sebuah hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang siginifikan antara luasan kawasan hutan mangrove dengan produksi perikanan budidaya. Semakin meningkatnya luasan kawasan mangrove, maka produksi perikanan pun turut meningkat. Persamaannya sebagai berikut, Y= 0,06 + 0,15 X. Adapun, Y merupakan produksi tangkapan dalam ton/th sedangkan X merupakan luasan mangrove dalam hektar (ha) [iii].
Bingung? Saya hanya mencobai anda, bung. Hahahaha.
Baiklah, lebih disederhanakan.
Hasil penelitian lain menunjukkan, pembuatan 1 ha tambak ikan pada hutan mangrove alami akan menghasilkan ikan dan udang sebanyak 287 kg/ tahun. Namun, dengan hilangnya setiap 1 ha hutan mangrove akan mengakibatkan kerugian 480 kg ikan dan udang di lepas pantai per tahunnya.
Sebab, pengurangan hutan mangrove, terutama di areal green belt, sudah barang tentu akan menurunkan produktifitas perikanan tangkap.
2. Penahan Gelombang
Ekosistem mangrove memiliki keperkasaan dalam menjaga wilayah pesisir dari terjangan ombak dan badai. Misalnya saja, ketika musibah gempa dan ombak besar tsunami melanda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan pulau Nias, akhir 2004 silam.
Dilaporkan, pada wilayah yang memiliki mangrove dan hutan pantai relatif baik, cenderung kurang terkena dampak gelombang tersebut. Sebab, ketebalan mangrove selebar 200 m dengan karapatan 30 pohon/100 m2, dengan diameter 15 cm, dapat meredam sekitar 50% energi gelombang tsunami [iv].
Jika di sekitaran rumahmu terdapat hutan mangrove, dan jika ada rencana pembangunan yang berdampak pada pembabatan, sudah tentu anda harus mempertimbangkan laporan ini.
Akar mangrove yang kuat mampu menjaga wilayah pesisir dari terjangan ombak dan badai. Foto: Yuris Triawan |
3. Penyerap Karbon
“Setiap satu hektar, hutan rawa bisa memuat karbon yang sama dengan emisi yang dihasilkan 488 mobil setiap tahun. Sebagai perbandingan, menghancurkan satu hektar hutan mangrove, jumlah emisinya setara dengan menebang tiga hingga lima hektar hutan tropis,” kata Linwood Pandleton, salah satu penulis dan direktur dari Ocean and Policy Program di Nicholas Institute, Duke University.
Lalu, apa konsekuensi jika ratusan ribu atau jutaan karbon tiap tahunnya tak berhasil diserap?
Berdasarkan laporan terbaru Intergovernmental Panel on Cilmate Change (IPCC) [v], emisi karbon yang terus meningkat akan memperbesar risiko konflik, kelaparan, banjir, gangguan ekonomi dan migrasi massal penghuni bumi pada abad ini.
Selain itu, kerusakan properti dan ekosistem untuk membangun sistem pertahanan iklim akan menyebabkan kerugian triliunan dolar AS. Risiko ini diyakini meningkat setiap satu derajat kenaikan temperatur udara akibat pemanasan global.
Bisa bayangkan bagaimana kehidupan bumi sesuai kajian IPCC? Mengerikan, bung!
4. Produk Olahan Pangan
Aris Prayono, dkk [vi], mencatat pemanfaatan tumbuhan mangrove untuk berbagai produk olahan makanan. Sebut saja, masyarakat di kampung Rayori, distrik Supriyori Selatan, kabupaten Biak Numfor, memberikan informasi bahwa masyarakat telah memanfaatkan buah mangrove untuk dimakan, terutama jenis Bruguiera gymnorrhiza, yang buahnya diolah menjadi kue.
Penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai atau sekitar hutan mangrove, seperti di Muara Angke Jakarta dan teluk Balikpapan, secara tradisional pun ternyata telah mengkonsumsi beberapa jenis buah mangrove sebagai sayuran, seperti Rhizopora mucronata, Acrostichum aureum (Kerakas) dan Sesbania grandiflora (Turi).
B. gymnorrhiza atau biasa disebut Lindur, dikonsumsi dengan cara mencampurkannya dengan nasi, sedangkan buah A. alba (Api-api) dapat diolah menjadi kripik. Buah Sonneratia alba (Pedada) diolah menjadi sirup dan permen. Di beberapa tempat lainnya, masyarakat memanfaatkan buah mangrove sebagai pengganti beras dan jagung pada waktu terjadi krisis pangan.
Selain sebagai pelindung pesisir, mangrove juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat tradisional. Foto: Yuris Triawan |
5. Bahan Obat-obatan
Mahmiah, Dosen Kimia di Universitas Hang Tuah Surabaya, menyebutkan, potensi tanaman mangrove di bidang kesehatan belum banyak dimanfaatkan masyarakat. Padahal, Rhizophora stylosa, salah satu jenis mangrove, secara etnobotani dapat dimanfaatkan untuk obat tradisional, seperti obat sakit gigi dan keracunan akibat terlalu banyak makan kerang. Hasil penelitian, menurut dia, menunjukkan, kulit batang tanaman mangrove mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat mengurangi rasa sakit [vii].
***
Nah, itu beberapa alasan pentingnya menjaga kelestarian hutan mangrove. Selain memiliki manfaat ekologis maupun ekonomis bagi manusia, menjaga mangrove berarti pula menjaga eksistensi diri kita sendiri. Jangan lupa, ya!
Kematian Ekosistem Mangrove dapat menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan manusia. Foto: Aditya Nugraha |
“Selamatkan Bumi, Selamatkan diri. Bekali dirimu dengan informasi!” – Navicula.
Penulis: Aditya Nugraha
Referensi:
[i] http://www.kiara.or.id/mangrove-masih-isu-pinggiran/
[ii] Damanik, Ridha dan Rignolda Djamaluddin, Atlas Mangrove Teluk Tomini (SUSCLAM, 2012), hal 2.
[iii] Anwar, Chairil dan Hendra Gunawan, “Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir”, dalam Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian (2007).
[iv] Anwar, Chairil, “Pengelolaan Hutan Mangrove”, dalam Rencana Penelitian Integratif Tahun 2010-2014, (Jakarta: 2010).
[v] http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/dampak-emisi-gas-rumah-kaca-ancam-stabilitas-peradaban-kita
[vi] Priyono, Aris, dkk, Beragam Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove (KeSEMaT: Semarang, 2010).
[vii] http://www.rri.co.id/post/berita/167950/kesehatan/mangrove_dapat_mengobati_keracunan.html
0 comments:
Post a Comment